Dalam sebuah
bangunan Jawa biasanya dapat dijumpai banyak kayu yang diukir. Ornamen ukir ini
sarat mengandung makna simbolis. Ornamen ini bermacam ragamnya, misalnya
gunungan, tlacapan, ayam jago, ular naga, banyu-tetes,banaspati dan sebagainya.
Bentuk dan makna ornamen yang akan dibahas disini dibatasi hanya pada beberapa
ornamen yang umum dipakai.
Gunungan
(Kayon / kekayon)
Gunungan adalah simbol dari jagad raya. Puncaknya adalah lambang keagungan dan
keesaan. Bentuk simbol ini memang menyerupai gunung (seperti yang sering
dipakai dalam wayang kulit). Dalam prakteknya, orang-orang Jawa memasang motif
gunungan di rumah mereka sebagi pengharapan akan adanya ketenteraman dan
lindungan Tuhan dalam rumah tersebut.
Lung-lungan
Sesuai dengan arti harafiah kata “lung” sendiri yang berarti batang tumbuhan
yang masih muda, simbol ini berupa tangkai, buah, bunga dan daun yang distilir.
Jenis tumbuhan yang sering digunakan adalah tumbuhan teratai, kluwih, melati, beringin,
buah keben dsb. Simbol ini melambangkan kesuburan sebagai sumber
penghidupan di muka bumi.
Wajikan
Berasal dari kata ”wajik”, yaitu sejenis makanan dari beras ketan yang dicampur
gula kelapa. Sesuai dengan namanya, wajikan berupa bentukan belah ketupat yang
di tengahnya terdapat stilasi bunga.
Patran
Patran berbentuk seperti daun yang disusun berderet-deret. Biasanya patran
ditempatkan di bagian bangunan yang sempit dan panjang.
Banyu-tetes
Ornamen ini biasa diletakkan bersamaan dengan patran. Sesuai dengan namanya,
oranamen ini menggambarkan tetesan air hujan dari pinggiran atap (tritisan)
yang berkilau-kilau memantulkan sinar matahari.
Banaspati
/ Kala / Kemamang
Ragam hias berbentuk wajah hantu / raksasa. Banaspati ini melambangkan raksasa
yang akan menelan / memakan segala sesuatu yang jahat yang hendak masuk ke
dalam rumah. Karenanya ragam hias ini biasa ditempatkan di bagian depan
bangunan, seperti pagar, gerbang, atau pintu masuk.
0 komentar:
Posting Komentar